Just another WordPress.com site

Archive for Februari, 2022

Roh Allah ada padaku

Adakah sesuatu yang dapat menyerupai Allah?  Tentu saja tidak ada.  Jika ada yang dapat menyerupai Allah maka tentu saja, Allah tersebut bukanlah Allah yang sejati.  Namun demikian, Apakah orang percaya tidak dapat memiliki akses kepada Allah?  Tentu saja ada.  Allah yang Transenden pada saat yang bersamaan di dalam Yesus Kristus adalah Allah yang Imanen.  Mari memahaminya perlahan-lahan.  Kita semua tentunya mengetahui bahwa semesta ini tidak terjadi begitu saja, melainkan ada penciptanya dan Sang Pencipta itu adalah Allah.  Sang Pencipta tentu saja berbeda dengan ciptaan.  Namun demikian ciptaan dapat memberikan gambaran atau bayangan dari Sang Pencipta sekalipun dengan cara yang sangat terbatas.  Sang Pencipta secara khusus mencipta dari debu tanah sesuatu yang dibuat berdasarkan peta dan teladan-Nya, Ia pun menamai ciptaan khususnya ini dengan nama manusia laki-laki dan perempuan.  Tidak hanya itu, kepada gumpalan debu tanah yang telah berwujud dan bernama manusia ini Ia pun menghembusinya dengan Roh-Nya agar manusia debu tanah ini menjadi hidup.  Demikianlah debu tanah bernama manusia itu kini hidup oleh karena ada Roh Allah di dalam dirinya.  Tujuan utamanya adalah agar manusia bukan hanya berasal dari debu tanah yang sia-sia, tak berharga dan material saja, tetapi memiliki sesuatu yang personal yang berasal dari Allah untuk berelasi dengan Allah.

Namun demikian, manusia tidak puas dengan apa yang ia miliki yaitu relasi dengan Allah.  Ia terbuai dengan bujukan setan yang menipunya dengan sesuatu hasrat ‘menjadi seperti Allah’.  Akibatnya manusia menjadi jatuh dalam dosa dan terjebak di dalam kesalahan dan durhakanya.  Allah pun tidak tinggal diam.  Ia mengutus Sang Firman, Putra Tunggalnya Sang Kristus untuk menjadi penyelamat, penebus dan pembebas manusia.  melalui pengorbanannya yang sempurna Kristus menyelesaikan dan menghancurkan dosa, kejahatan dan durhaka manusia yang selama ini menjadi pemisah dengan Allah.  Sekumpulan manusia yang ditebus ini kemudian dikenal dengan istilah orang percaya, sebagai orang-orang yang beriman kepada keselamatan yang diberikan Allah.  Untuk menandai bahwa mereka adalah orang-orang beriman yang telah diselamatkan, maka Allah mengutus Roh-Nya sendiri untuk berdiam di dalam diri orang percaya tersebut, menjadi sebuah materai kekal akan keselamatan yang dianugerahkan di dalam penebusan Kristus.  Inilah Roh Allah yang menolong orang percaya terus beriman dan percaya serta hidup dalam relasi dengan Allah sembari terus bertumbuh melakukan perbuatan baik dan mempermuliakan Allah di dalam hidupnya.  Bagaimana dengan kamu, sudahkah kamu menyadari kehadiran dari Roh Kudus Allah di dalam dirimu?

Jangan Pandang Langit Kosong

Bagaimana perasaanmu ketika harus berpisah dengan orang yang tersayang?  Tentunya ini merupakan pengalaman yang tidak mengenakan.  Bayangkan betapa sedih hatimu ketika memang harus berpisah dengan orang yang tersayang.  Akan ada masa-masa peralihan/transisi yang berat yang akan kamu jalani sampai kamu bisa berdamai dengan perpisahan itu.  Tapi bayangkan juga bahwa perpisahan itu harus terjadi oleh karena seseorang yang tersayang tersebut justru sedang mempersiapkan sesuatu yang terbaik buatmu.  Itulah yang Yesus kerjakan dan menjadi tujuan ketika Ia harus meninggalkan para murid dan terangkat ke surga.

Setelah naik ke sorga, kitab suci menyatakan bahwa Yesus duduk di tahta, di sebelah kanan Allah Bapa.  Hal ini tentu saja adalah penggambaran mengenai kuasa yang dimiliki Yesus dalam kesetaraan-Nya dengan Sang Bapa.  Kristus telah menyelesaikan segala sesuatu yang diperintahkan Allah Bapa kepada-Nya.  Kristus telah benar-benar secara tuntas menyelesaikan seluruh program kerja Allah dalam konteks keselamatan manusia.  Manusia telah mendapatkan benefit dari apa yang telah Kristus kerjakan dalam kematian, kebangkitan dan kenaikan-Nya ke sorga.  Manusia telah diselamatkan dan kenaikan Kristus ke sorga menjadi tanda kemenangan-Nya.  Sedangkan Kristus yang duduk di tahta disebelah kanan Allah Bapa menjadi penanda dari kemuliaan yang dimiliki-Nya.  Tidak ada seorang pun atau sesuatu apapun yang memiliki posisi sedemikian mulia seperti yang dimiliki oleh Kristus.  Hanya Kristuslah satu-satu-Nya yang dapat menjelaskan, mempresentasikan dan memperlihatkan kemuliaan Allah Bapa.  Kristus adalah satu-satunya representasi kemuliaan tahta Allah Bapa.

Jadi, apa dampak dari hal ini kepada orang percaya.  Orang percaya (saya dan kamu) menjadi diyakinkan bahwa kemenangan dan kemuliaan telah diberikan dan dikembalikan kepada Kristus.  Dan Kristus sebelumnya telah mati untuk membereskan dosa, kejahatan dan pelanggaran kita dan menyelamatkan serta membebaskan kita dari seluruh tuntutan dan hukuman sebagai konsekuensi dari dosa, kejahatan dan pelanggaran kita.  Dampaknya adalah kita menjadi ciptaan baru di dalam Kristus yang diberikan potensi dan posisi untuk hidup dalam kemenangan dan kemuliaan bersama-sama di dalam Kristus yang telah duduk di tahta di sebelah kanan Allah Bapa.  Konsekuensinya adalah orang percaya (saya dan kamu) dimampukan untuk hidup dalam kemenangan dan kemuliaan tersebut. Ini adalah suatu jaminan bahwa orang percaya (saya dan kamu) tidak lagi berada di bawah kendali dan kuasa serta jerat dosa.  Orang percaya (saya dan kamu) sudah diselamatkan dan keselamatan itu bersifat kekal.  Apakah kamu sudah hidup di dalam kekudusan?  Percayalah kamu bisa melakukannya, karena karya Kristus telah sempurna di dalam hidupmu.  Kini saatnya kamu memperjuangkan kemenangan dan kemuliaan Kristus di dalam dirimu.  

Pemimpin yang Menggembalakan

Yeh. 34:1-10

Dalam penyederhanaan istilah, pemimpin adalah pribadi yang mengemban tugas kepemimpinan, sedangkan kepemimpinan sendiri merupakan serangkaian pengaruh dari seseorang kepada orang lainnya. Saat istilah pemimpin dan kepemimpinan tadi disatukan maka rupanya kita semua adalah pemimpin yang dibedakan oleh scope-nya masing-masing. Ada pemimpin bagi keluarga, bagi lingkungan antar warga, bagi instansi dan lain sebagainya. Untuk lebih spesifik maka pemimpin dan kepemimpinan pun telah dikembangkan definisinya. Pemimpin adalah seseorang yang memiliki ‘kompas’ visi dikepalanya sehingga ia tau arah yang tepat, juga memiliki ‘magnet’ di hatinya sehingga ia mampu menarik sebanyak-banyaknya orang untuk mengerjakan visi tersebut dan terlebih ia adalah seorang dengan tangan dan kaki yang bersegera mewujudkan visi. Dengan demikian kepemimpinan bukan lagi hanya soal pengaruh dari seorang kepada orang lainnya, tetapi meningkat menjadi tanggung jawab yang diemban oleh seorang atas banyak orang lainnya.
Untuk sampai pada level memiliki ‘kompas’ visi di kepala, ‘magnet’ di hati serta tangan dan kaki bersegera mewujudkan visi maka sesungguhnya pemimpin haruslah seorang yang berintegritas. Berintegritas berarti satunya kepribadian dengan tindakan. Artinya ketika pemimpin memiliki visi dikepalanya maka orang pertama yang harus mengusahakan visi tersebut adalah dirinya, saat ia menunjukan magnet di hatinya bagi orang-orang lain maka magnet tersebut seharusnya sudah terbukti efektif bagi orang-orang terdekatnya misalnya, istri/suami, anak-anak/orang tuanya. Saat ia membuktikan bahwa tangan dan kakinya bersegera melakukan kebaikan, maka itu bukanlah demi popularitas atau menjadi konsumsi media massa, tetapi menjadi konsumsi dari kaum papa dan marginal. Sederhananya, pemimpin yang berintegritas adalah pemimpin yang sadar bahwa dirinya adalah agen Allah untuk mewujudkan damai dan sejahtera Allah atas dunia yang semakin menyimpang, yang untuk mewujudkan hal tersebut ia sadar bahwa dirinya sepenuhnya berada dalam kepemilikan Allah sebagai Sang Visioner, Sang Grand Desainer, dan Sang Causa Prima. Dalam hal ini pun kita kesulitan menemukan tipe pemimpin seperti itu.
Demi tercapainya tujuan kepemimpinan tidak jarang pribadi pemimpin diperhadapkan pada role of leadership yang akan dibangunnya. Memang ada banyak role of leadership di dunia ini dan masing-masing akan dirasa efektif untuk konteks yang tepat. Julius Caesar mengembangkan civilation democratic, Hitler mengembangkan communisme authority, Sadam Husaen dengan military authority, Queen Elisabeth dengan monarchy authority dan masih banyak lagi model role of leadership.
Sejak awal mencipta Adam dan Hawa, Allah telah menetapkan model teokrasi sebagai role of leadership. Ia menjadikan mereka dalam gambar dan rupa-Nya, Ia menjadikan mereka sebagai pembawa mandat ilahi termasuk mandat budaya, Ia kemudian mendelegasikan authority kepada mereka guna menjadi ‘pemimpin kecil’ atas ciptaan lainnya. Sejarah keturunan Adam dan Hawa terus bergerak hingga menjadi sebuah komunitas besar turunan Yakub yang kemudian dikenal dengan Israel. Mereka menjadi gambar dan rupa Allah tidak lagi di taman Eden tetapi di dunia yang dipenuhi berhala dan sekularisme, yang rupanya memberikan tawaran yang lebih menggiurkan dari pada terus berada dalam teokrasi. Akhirnya terpilihlah Saul, hanya karena ia memiliki postur tubuh yang lebih tinggi dan perkasa dari kebanyakan mereka.
Kegagalan kepemimpinan bukan hanya untuk dunia sekuler bahkan hingga dunia religi. Sejarah Alkitab memberikan bukti nyata gagalnya kepemimpinan hingga terjadi pembuangan bangsa Israel baik di Asyur, Babilonia maupun Romawi. Dalam gagalnya para pemimpin baik pemimpin bangsa maupun pemimpin religi, Tuhan melakukan intervensi melalui para nabi, salah satunya adalah Yehezkiel. Intervensi harus dilakukan oleh karena kepemimpinan yang salah akan merugikan umat. Umat menjadi liar, anarkis, bebal hukum. Intinya, umat akan melanggar/menabrak nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan.
Peranan Yehezkial adalah untuk menghukum para pemimpin rohani umat/para gembala yang mengabaikan tugas-tugas penggembalaan. Alkitab menggunakan istilah stewarship atau penatalayanan atas tugas-tugas penggembalaan. Istilah ini dimaksud bagi mereka yang tugasnya adalah sebagai ‘penyalur’ kasih karunia Allah bagi umat. Para stewardship ini sesungguhnya adalah alat-alat anugerah dari Allah untuk kesejahteraan umat, oleh karena melalui mereka Allah menguatkan yang lemah, mengobati yang sakit, membalut yang luka, mencari yang tersesat, mengumpulkan yang terserak serta menjaga mereka dari ajaran yang menyimpang.
Dalam konteks masa pelayanan Yehezkiel, ia justru harus berhadapan dengan para gembala yang hanya memperkaya diri, memperalat dan memeras umat serta mengabaikan suara kebenaran Allah yang seharusnya menjadi bagian dari tugasnya sebagai gembala. Pengabaian tugas stewardship ini terjadi oleh karena beberapa hal: pengabaian firman Allah (Yeh. 33:23-33), serta fokus hanya pada diri sendiri (Yeh. 34:2b). Inilah kegagalan dari banyak pemimpin: mengabaikan kebenaran dan keadilan, serta memperkaya diri setelah memiliki kesempatan memimpin. Kegagalan ini justru dihasilkan dari sifat kemanusiaannya yang menuntut untuk dipuaskan, baik kebutuhan akan status, harga diri, dan penghormatan, yang seringkali dianggap bisa didapatkan dengan cara memiliki banyak kemewahan.
Allah bukannya tidak menyukai human leadership, sebab Ia juga memakai pribadi-pribadi baik seperti Daud, Salomo, Hizkia, dll; bahkan beberapa dari kelompok marginal seperti Samgar, Debora, Rut dan Ester. Allah juga memakai orang-orang yang cerdas seperti Ezra, Daniel, dan Salomo. Allah juga memakai mereka dengan kecakapan militer seperti Musa, Yosua, Simson. Allah memakai mereka bukan karena mereka telah siap sebelumnya melainkan karena mereka merelakan dirinya untuk dipersiapkan oleh Allah. Pada akhirnya God-human leadership menyatu dalam diri dan pelayanan Tuhan Yesus. Dalam diri Tuhan Yesus sekaligus melekat status sebagai Raja, Imam dan Nabi. Status raja untuk leadership authority, imam untuk spiritual authority dan nabi untuk God’s authority. Tuhan Yesus menjadi model kepemimpinan teokrasi yang sesungguhnya, dimana kebenaran dan keadilan bersinergis dalam diri seorang Allah-manusia sejati.
Menjadikan Tuhan Yesus sebagai model kepemimpinan merupakan syarat mutlak bagi terciptanya model kepemimpinan yang ideal. Biasanya model kepemimpinan Tuhan Yesus disebut dengan pemimpin yang melayani atau kepemimpinan rohani. Kepemimpinan rohani merupakan satu campuran antara sifat-sifat alamiah dan rohani. Sifat-sifat alamiah pun bukannya timbul begitu saja, melainkan diberikan oleh Allah, dan oleh karena itu sifat-sifat ini akan mencapai efektivitasnya yang tertinggi, jika digunakan di dalam melayani Allah dan untuk kemuliaanNya. Kepribadian merupakan faktor yang penting dalam kepemimpinan alamiah. Tetapi seorang pemimpin rohani mempengaruhi orang lain bukan dengan kekuatan kepribadiannya sendiri saja, melainkan dengan kepribadian yang dikuasai Roh Kudus. Kepemimpinan alamiah dan kepemimpinan rohaniah mempunyai banyak segi persamaan, tetapi dalam beberapa hal nampak ada pertentangan. Ini dapat dilihat, apabila kita membandingkan sifat-sifatnya yang menonjol.
ALAMIAH ROHANI
1. Percaya kepada diri sendiri 1. Percaya kepada Allah
2. Mengenal orang 2. Mengenal orang dan Allah
3. Mengambil keputusan sendiri 3. Berusaha mencari kehendak Alah
4. Ambisius 4. Tidak menonjolkan diri sendiri
5. Menciptakan cara-caranya sendiri 5. Mencari dan mengikuti cara Allah
6. Suka menyuruh orang lain 6. Suka mentaati Allah
7. Didorong oleh pertimbanganpribadi 7. Didorong oleh kasih kepada Allah dan manusia
8. Berdiri sendiri 8. Bergantung pada Allah
Tugas kepemimpinan adalah tugas yang diwasiatkan Tuhan Yesus kepada seluruh pengikutnya. Tugas kepemimpinan yang visi utamanya adalah menjadikan segala bangsa murid Kristus, yang untuk merealisasikannya tugas kita jelas harus menjangkau sebanyak-banyaknya orang melalui keteladanan, pengaruh, empathy, kasih dan doa. Kiranya Tuhan menolong dan menguatkan kita menjadi pemimpin yang menggembalakan.

Belajar dari F. Kelling: Penginjil di pulau Siau

Kekristenan sudah masuk di pulau Siau sejak Mei 1563. Kala itu ada konflik antara para raja-raja di Sulawesi Utara dengan sultan Ternate, yang membawa pada pertemuan dengan armada laut Portugis. Pertolongan banyak di dapat dari armada Portugis ini yang sekaligus membaptis raja Manado dan raja Siau. Kedua raja ini dibaptis oleh Pater Diogo de Magalhaes setelah mendapat pengajaran mengenai kekristenan selama 14 hari penuh.
Pada mula pertama kekristenan masuk, sudah terdapat 25 ribu orang Siau yang menjadi Kristen, namun karena perang terus berkecamuk dan tidak adanya tenaga pelayan rohani dari Portugis, maka jadilah kekristenan di Siau tidak mengalami pertumbuhan selama 10 – 12 tahun. Barulah pada tahun 1588 ditempatkan Pater Fransesco de Croce seorang Italia, yang akan melayani ke 1400 orang Kristen yang masih tersisa. Kekristenan mengalami perkembangan yang sangat lambat dan bahkan kurang karena motivasi yang keliru dari penduduk Siau untuk menjadi Kristen hanyalah sebuah penantian akan kemakmuran kebendaan dengan menempatkan diri dibawah kekuasaan dan perlindungan penguasa-penguasa Eropa.
Setelah Portugis mengalami kekalahan dengan armada perang Belanda, maka pada 9 November 1677 seluruh asset yang menjadi milik Portugis atas Siau diserahkan kepada Belanda. Salah satu isi perjanjian adalah Raja Siau dengan para pembesarnya tidak akan mengizinkan masuknya agama lain selain agama Kristen Gereformeed sebagaimana diajarkan dalam gereja Belanda sesuai dengan keputusan sidang Sinode yang diadakan di Dordrecht pada 1619; juga mereka harus memperlakukan dengan kasih dan keramahan semua pendeta, guru sekolah atau pengajar yang akan ditempatkan kemudian menurut kehormatan dan kedudukan masing-masing. Konsekuensi langsungnya adalah Rosario, tanda salib, patung-patung dan tanda pemujaan lainnya segera dibakar.
Setelah bergantian beberapa utusan misi dari Belanda ke Siau yang kebanyakan tidak betah berada di Siau, maka pada 17 Desember 1854 F Kelling ditahbiskan di Jerman dan diutus dengan kapal menuju Hindia. 3 bulan lamanya ia dibekali dengan pengetahuan bahasa Belanda, pengetahuan mengenai ilmu geografi dan ilmu bangsa-bangsa serta sejarah Zending. Bersama dengan Kelling di utus juga Carl W.L.M Schrbder, E.T Steller dan A Grohe yang kesemuanya berasal dari zending Gossner. Karena birokrasi dan perjalanan sulit yang harus ditempuh barulah pada 15 juli 1857 Kelling tiba di Siau, dan segera ia mendapati bahwa kekristenan di pulau ini hanyalah sebuah nama. Poligami, perzinahan, mabuk-mabukan, praktek-praktek sihi dan perdukunan adalah sesuatu yang biasa.
Kelling bersegera untuk membangun kembali kekristenan dari dasarnya juga berniat membuka persekolahan, namun semuanya menjadi sulit karena orang-orang Kristen yang ada merasa tidak membutuhkan pelayanan kerohanian. Namun, dengan segala kasihnya terhadap penduduk, ia menentang dengan sungguh-sungguh dosa dan bermacam-macam tindakan asusila. Setahun kemudian, yaitu pada 1858 ia pindah ke Tagulandang dan mendapati 3000 jiwa penduduk, yang sepertiganya telah menjadi Kristen dan dibaptis, dengan 1 orang yang telah di sidi di Manado. Beberapa hal penting yang dikerjakan oleh Kelling adalah mengabarkan Injil, menolak pernikahan campuran, melaksanakan kasih yang tidak mementingkan diri sendiri, memberi teguran dengan sungguh-sungguh sambil memberi teladan. Hasilnya terlihat pada tahun 1862, dimana dilaksanakan perjamuan kudus yang pertama dengan 20 anggota sidi jemaat.
Tahun 1860 ia menikah dengan saudara perempuan dari pendeta Grohe. Dari pernikahan ini, ia dikaruniai 3 orang putera. Walaupun penghasilannya sangat minim, namun ia malah menerima ratusan anak pribumi dirumahnya untuk dididik dalam pekerjaan zending. Ada kalanya berbulan-bulan mereka tidak dapat membeli beras bahkan sagu dan terpaksa berbulan-bulan itu mereka hanya makan pisang saja. Tidak lama menikmati kebahagiaan pernikahan, istrinya meninggal pada tahun 1871 dalam sebuah perjalanan liburan ke Belanda. Padahal setahun sebelumnya, yaitu tahun 1870 mereka diselamatkan Tuhan dari tsunami yang terjadi di pulau Tagulandang dengan 450 korban tewas.
Kelling tidak hanya menjadi pekabar Injil di Tagulandang, namun juga di pulau Siau. 16 tahun lamanya ia menjadi pekabar Injil di Siau. Beberapa hal penting yang dikerjakan Kelling dalam masa pelayanannya adalah menerjemahkan Alkitab dan buku-buku rohani ke dalam bahasa Siau, pada tahun 1871 Katekhismus Heidelberg terjemahannya telah di cetak sebanyak 3000 eks oleh percetakan Rehoboth-zending di Meester Cornelis (Jatinegara). Buku ini terus dicetak hingga cetakan ke empat yang masing-masing dalam oplah 7000 eks.
Tahun 1890 ia menyerahkan pelayanannya kepada anaknya P. Kelling. Adapun hasil pekabaran Injilnya adalah di pulau Siau ada 29 jemaat dengan masing-masing 5000 orang percaya, dengan 1000-an anggota sidi. Ada 23 buah sekolah zending dengan 1000-an murid, 29 orang pribumi yang telah menjadi pengajar di dalamnya. Untuk pulau Tagulandang ada 9 jemaat dengan masing-masing 3000-an anggota dan 9 buah sekolah zending dengan 681 murid. Ini hanyalah angka, dan belum termasuk pengaruh yang ia tinggalkan atas penduduk. Seluruh anggota jemaatnya hidup dalam kesaksian yang baik dan setia.
Pada peringatan 40 tahun jabatannya, Kelling mengalami penyakit radang mata, hingga buta total, tetapi terang dalam hatinya tidak pudar. Menjelang akhir hidupnya ia menulis: “saya, sekarang pada usia hamper 69 tahun, berharap, bahwa Tuhan tidak membiarkan saya disini hidup lama dalam kegelapan badani ini, sebab suara panggilan-Nya akan segera datang kepadaku. Dengan segenap hati saya berharap, bahwa saya sampai pada waktu itu dapat tinggal bersama-sama dengan jemaatku, yang apalagi mereka tidak mau memberi saya berangkat dari tempat ini”.
Dalam keadaan buta pun, Kelling, dengan dibantu beberapa penolongnya, terus melaksanakan tugas penerjemahan berbagai macam literature rohani ke dalam bahasa daerah setempat. Hingga 13 Agustus 1900 ia menghadap Allah pengutusnya dalam usia 71 tahun. Ia dikuburkan di Tagulandang, namun kemudian setelah anaknya P. Kelling meninggal dalam usia lanjut di pulau Siau, kuburannya pun dipindahkan ke pulau Siau, tepat disamping gereja tertua di pulau itu.

Teologi: Teolog yang ber-Teologi

Teologi secara sederhana dapat diruntut secara etimologi dimana Kata Teologi berasal dari kata-kata Yunani theos yang berarti Allah, dan logos yang berarti perkataan, pikiran dan atau percakapan. Dengan demikian, teologi adalah: berpikir atau berbicara tentang Allah. Dari pendefinisian ini sesungguhnya teologi dapat dipahami dalam beragam jabaran, misalnya: teologi adalah segala sesuatu yang dipikirkan dan dikatakan tentang Allah (Geoffrey W. Bromiley); teologi adalah study atau ilmu mengenai Allah, hakekat dan sifat-sifat-Nya dengan manusia dan semesta alam (the Shorter Oxford Dictionary); teologi adalah dialog dalam konteks persekutuan orang percaya (Paul Avis); teologi adalah suatu sistem terpadu dari gagasan-gagasan yang menafsirkan secara logis hal-hal yang berkenaan dengan Allah (Leon Morris); teologi adalah pertanggung jawaban hidup dihadapan Allah (Yakub Susabda). Menurut anda, apakah teologi itu?

Teologia yang kokoh seharusnya dibangun atas studi yang komprehensif terhadap kitab suci dan memiliki aktualisasi kongkreat terhadap zaman. Tugas membangun teologia yang mantap dari umat adalah salah satu tugas bidang kerja teolog. Menjadi teolog berarti memiliki kemampuan menghadirkan teologi dalam setiap sendi kehidupan, itu berarti perlu studi yang mendalam untuk menjadi teolog. Dalam arti sempit kita semua sedang berteologi. Entahkah dalam pelayanan terutama dalam studi.
Salah satu komponen dalam membangun diri menjadi teolog adalah melalui studi mendalam terhadap kitab suci. Studi mendalam terhadap kitab suci memerlukan konsentrasi khusus terhadap bidang ilmu/kitab yang akan di telaah.

Secara prinsip, eksposisi adalah cabang ilmu yang berkenaan dengan proses pemberitaan dan penerapan kebenaran teks Alkitab ke dalam kehidupan manusia masa kini. Istilah eksposisi berasal dari bahasa Latin exposito yang berarti pengungkapan, atau penjelasan. Istilah ini memiliki kaitan erat dengan ungkapan eksegesa (έξήγησις/έξηγέομαι) yang secara teknis berarti membimbing, memimpin keluar atau mengeluarkan. Secara literal berarti menerangkan, menafsirkan, menceritakan, melaporkan atau menjelaskan. Secara metaphorical berarti menerangkan suatu kata, kalimat, paragraf atau seluruh isi buku dengan cara mengeluarkan makna sebenarnya atau apa adanya dari teks yang diselidiki. Dengan demikian, cara terbaik adalah dengan membedah naskah asli dari dokumen. Sedangkan dalam bahasa Inggris istilah ini dapat berarti penjelasan atau penafsiran.

Eksegesis dan Eksposisi – secara prinsip – dapat dianggap sinonim, namun – secara teknis – biasanya eksegesis terbatas dengan penafsiran kritis terhadap Alkitab di dalam bahasa aslinya; sedangkan eksposisi berkaitan dengan pemberitaan makna Alkitab itu beserta penerapannya terhadap manusia pada masa kini. Tidak dapat diragukan, eksposisi yang baik didahului eksegesis yang benar. Secara umum, hubungan antara eksegesa dengan eksposisi adalah seperti teori dan praktek.

Jadi Teologi seharusnya merupakan lahan subur dari para teolog untuk berteologi, yang utamanya sebagai respon yang tak terhindarkan ketika diperhadapkan dengan Allah oleh anugerah-Nya dan berhadapan dengan umat dalam konteks hidupnya. Selamat datang teologi.

Jangan Biarkan Batu Bicara

Apa yang kamu lakukan ketika tiba-tiba aktris favoritmu datang ke kota kediamanmu?  Mungkin ada diantara kamu yang akan rela berjubel dengan orang banyak demi untuk melihat dari dekat orang seperti apakah dia?  Atau barangkali akan ada yang muncul membeli dan memborong pernak-pernik aksesoris dari atau yag berkaitan dengan si aktris tersebut.  Atau adakah yang sama sekali tidak  berambisi untuk melihatnya?  Jika kamu ada pada tipe terakhir ini mungkin artinya kamu masih belum begitu memfavoritkannya. 

Hal yang sama terjadi atas orang-orang yang hidup pada masa ketika Yesus Kristus melayani di Israel.  Ia telah menjadi sedemikian terkenal oleh karena pengajaran yang berikan begitu memukau orang banyak sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak sepertia ahli-ahli Taurat.  Yesus Kristus juga adalah seorang yang hatinya mudah disentuh perasaan belas kasihan kepada orang banyak.  Ia mem uat begitu banyak mujizat, Ia melayani seluruh umat yang datang kepada-Nya dan Ia bahkan terus memenuhi segala sesuatu yang dperlukan oleh umat yang percaya kepada-Nya. 

Euforia tersebut menjadi tidak terbendung lagi sehingga ketika Yesus sedang dalam perjalanan memasuki kota Yerusalem, maka orang banyak itu secara spontan menghamparkan pakaian-pakaian mereka di dalam yang akan dilalui Yesus (Luk. 19: 36), mereka juga menyebarkan ranting-ranting hijau dari ladang-ladang (Mrk. 11: 8), banyak juga yang berlari di depan Yesus sambil berkata: “Hosana bagi Anak Daud, diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, hosana di tempat yang mahatinggi!” (Mat. 21: 9).  Kegembiraan dan keriuhan ini tentu saja tidak disukai oleh orang-orang Farisi dan para pemuka agama yang sering ditegur dan dikritik oleh Yesus.  Mereka mendesak para rasul untuk meminta Yesus memerintahkan kepada orang banyak tadi untuk diam.  Mengetahui hal ini, Yesus kemudian menjawab mereka: “Aku berkata kepadamu: Jika mereka ini diam, maka batu ini akan berteriak.”   

Tentu saja yang dimaksudkan oleh Yesus adalah bahkan seluruh alam ini akan memuji memuliakan Tuhan dan lebih pantas lagi bagi manusia untuk melakukannya bagi Tuhan.  Percayalah, seluruh dunia pada akhirnya akan dipaksa Allah untuk mempermuliakan-Nya.  Kepada kita sudah tiba kesempatan itu, jadi mari memuliakan Allah melalui pelayanan kita, jangan sampai batu yang akan berbicara. 

Kenaikan Yesus ke Surga

Kematian dan kebangkitan Yesus Kristus adalah suatu realita sejarah.  Sekalipun ada upaya-upaya terstruktur, sistematis dan masif untuk menghilangkan fakta tersebut, namun demikian kebenaran mengenai fakta kematian dan kebangkita Yesus tidak dapat dihilangkan oleh sejarah dunia.  Kematian Yesus menjadi bukti kasih Allah yang melampaui kebrutalan dan kejahatan manusia.  sedangkan kebangkitan-Nya memperlihatkan aspek kuasa Allah yang mengalahkan dosa dan pemberontakan manusia.  Dosa telah memperlihatkan aspek ketidak berdayaan manusia, namun kebangkitan Kristus menolong kita mengerti akan kasih Allah yang membangkitkan dan menyelamatkan manusia untuk menyelesaian jerat dosa.

Pada hari ini kita akan membahas mengenai Yesus yang naik ke surga.  Apa yang dimaksud dengan Yesus naik ke Surga?  Yesus naik ke surga merupakan suatu keyakinan iman oleh karena secara visual Yesus diangkat kembali ke surga oleh Allah di depan mata para murid-murid Yesus yang berjumlah lebih dari 120 orang saksi mata hingga Ia tak terlihat lagi secara visual oleh karena telah tertutup awan.  Jadi kenaikan Yesus ke surga adalah peristiwa historis artinya terjadi di dalam sejarah dengan cara yang extraordinary yang menjadi semacam inagurasi/pelantikanNya setelah menyelesaikan seluruh pelayanan-Nya di dalam dunia ini.  Jadi di dalam sejarah dunia Allah berinteraksi dangan manusia dan mempertontonkan kuasanya atas dunia yang menolak Anak Allah, melalui peninggian Kristus atas segala sesuatu.

Peninggian ini memperlihatkan kepada kita aspek keutamaan dan kemuliaan Kristus yang taat mengerjakan segala sesuatu yang menjadi rencana kekal Allah untuk menyelamatkan manusia melalui penderitaan-Nya di salib.  Yesus Kristus yang tadinya dihina, dipermalukan, dihukum, disiksa, dan lain sebagainya.  Kini ia dimuliakan sendiri oleh Allah melaui kenaikan-Nya ke surga.  Melalui kenaikan Yesus Kristus ke surga juga menegaskan kepada kita suatu legitimasi yang dimiliki oleh Yesus Kristus.  Bahwa Ia bukan berasal dari dunia ini; bahwa dunia yang sedang bergerak menuju kehancuran ini bahkan tidak bisa menghancurkan rencana kekal Allah untuk menyelamatkan manusia. 

Sebelumnya saya telah menjelaskan bahwa Kenaikan Yesus Kristus ke surga adalah suatu pemuliaan atau dikembalikannya hak Yesus sebagai Dia yang Mulia dan berkuasa, setelah untuk seketika waktu lamanya Ia terlihat lemah, tak berdaya hingga mati.  Selain itu, kenaikan Yesus Kristus ke surga juga merupakan suatu inagurasi/pelantikan oleh Allah yang hendak menyatakan kepada kita mengenai kemenangan-Nya yang gemilang atas dosa, maut dan kematian kekal.  Yesus Kristus telah mati, dibangkitkan oleh Allah dan naik ke surga adalah Yesus yang sama yang dikabarkan oleh berita yang kita kenal saat ini.  Jadi, maukan engkau percaya dan menerima Dia sebagai Tuhan dan juruselamat?  Kiranya kebenaran menolongmu dan berjumpa dengan belas kasihan Kristus.